Pengalaman Operasi Caesar Menggunakan BPJS di RSUD Cideres Majalengka
Halooo, lama juga ya nggak ngurus blog karena memang kemarin – kemarin sedang fokus dengan kehamilan dan persiapan melahirkan. Alhamdulillah sekarang sudah melahirkan, bayi sehat dan ibu pun waras. LOL… Ya, kewarasan memang penting bagi ibu pasca melahirkan agar terhindar dari baby blues syndrome dan salah satu menjaga kewarasan versi saya adalah dengan menulis. Anyway, mumpung topiknya masih anget nih, saya mau sharing aja ya mengenai pengalaman melahirkan anak kedua. Kebetulan proses melahirkan anak kedua ini berbeda dengan anak pertama karena saya harus menjalani operasi caesar. Let’s cekidot, pengalaman operasi caesar menggunakan BPJS di RSUD Cideres Majalengka
Tentang Operasi Caesar Pertama Saya
Kenapa Harus Melahirkan Secara Caesar?
Yups, itulah pertanyaan pertama yang paling sering dilontarkan orang – orang kepada saya ketika tahu saya melahirkan dengan cara operasi caesar. Kebetulan, anak pertama saya lahir di bidan tanpa banyak drama. Hehehe… Awalnya saya memang gak berniat untuk melahirkan secara caesar, tetapi karena kondisi ketuban yang kurang baik, saya memang harus melahirkan di rumah sakit dengan bantuan induksi dan berharap bisa melahirkan secara normal. Namun, takdir berkata lain. Sudah merasakan nikmatnya mules karena induksi, eh caesar juga. Haha… Insyaallah nanti saya akan buat postingan lagi untuk menceritakan mengenai gagal induksi dan akhirnya melahirkan secara caesar.
Persiapan Sebelum Melakukan Operasi Caesar
Berhubung operasi caesar dilakukan tanpa rencana, saya tidak memiliki persiapan khusus. Ya kalau tahu mau caesar, mungkin saya mau mandi dan keramas dulu. LOL… Saya pun nggak sempat makan berat dulu sebelum akhirnya harus puasa menjelang operasi caesar. Ketika dokter memutuskan untuk operasi caesar, obat induksi yang dimasukkan ke tubuh melalui infus langsung dicabut. Baju saya langsung dilepas semua dan hanya ditutup oleh beberapa lembar kain, selang oksigen dipasang, selang kateter dipasang, rambut pada kemaluan dibersihkan kemudian saya langsung dipindah ke ranjang khusus yang akan dibawa ke ruang operasi. Suami sibuk mengurus segala administrasi sehingga tidak bisa menemani saya menunggu waktu operasi sambil menahan mules obat induksi yang masih terasa. Orangtua saya pun baru saja pulang kerumah dan belum mengetahui kalau saya harus menjalani operasi caesar. Jadi, kebayang dong menunggu waktu operasi sendirian saja? Namun, saya yang sangat takut mendengar kata “operasi” pun mendadak tegar. Pokoknya cuma bisa pasrah dan berdoa kepada Allah semoga diberi kelancaran dan yang paling penting bayi dalam kandungan saya bisa lahir dengan sehat dan selamat.
“ Bu, saya boleh minta obat anti nyeri yang paling bagus? Nggak apa – apa nggak dicover BPJS juga, yang penting saya bisa recovery dengan cepat karena anak pertama saya masih kecil. “
Itulah request saya kepada bidan jaga. Jawaban dari bidan tersebut pun cukup membuat saya tenang. Kata beliau, pasien Dr.Quamila biasanya akan mendapatkan obat anti nyeri yang paling bagus yaitu obat anti nyeri yang dimasukkan melalui ( maaf ) anus.
Proses Operasi Caesar: Nggak Se-Horor Yang Dibayangkan, Kok!
Berada diruang tunggu operasi tanpa suami rasanya nano – nano banget! Disana nggak cuma saya yang akan dioperasi, banyak juga pasien lain yang sama – sama antri akan dioperasi dengan berbagai keluhan medis. Namun, lagi – lagi Allah selalu menguatkan saya. Sepanjang waktu menunggu saya terus – terusan berdzikir dalam hati. Sesekali, saya coba mengatur nafas untuk meminimalisir rasa mules. Ketika tiba waktunya giliran saya memasuki ruang operasi, tim medis yang membawa saya ke ruang operasi berusaha mengajak ngobrol dan bertanya banyak hal mulai dari bertanya alamat, anak ke berapa dan lain – lain.
Sesampainya diruang operasi, saya agak kaget melihat alat – alat yang cukup horor bagi orang tanpa background medis seperti saya. Hahaha… Sementara dokter kandungan saya belum datang, saya sudah mulai diberi berbagai macam tindakkan termasuk diberi obat bius. Tim medisnya bilang kalau bius yang akan diberikan adalah bius lokal supaya bayinya nggak ikutan kebius. Saya sih oke – oke aja meski dalam hati agak worry karena artinya saya bisa mengikuti jalannya operasi dengan sadar! Untungnya, semua tim medis yang ada diruang operasi sangat ramah dan nggak bikin panik. Untuk menghilangkan rasa panik, saya pun malah balik mengajak ngobrol mereka. Alhamdulillah proses penyuntikkan obat bius yang dilakukan di bagian punggung, nggak berasa sakit. Mungkin karena saya rileks, ya.
"Bu, kakinya sudah mulai kesemutan belum? Coba diangkat kakinya ke atas, kalau biusnya sudah bekerja biasanya akan terasa berat. Kalau ada mules, mulesnya akan hilang.", ucap dokter anestesi
Saya pun mencoba mengangat kaki dan memang berat sekali, mules sisa induksi yang bikin saya menggigil pun seketika hilang. Lega rasanya. Beberapa saat kemudian dokter kandungan datang dan menyapa saya dengan ramah. Dokternya memimpin doa terlebih dahulu kemudian memberi tahu saya kalau operasinya akan dimulai.
Bagaimana kalian membayangkan proses operasi caesar berlangsung?
Saya sih membayangkannya operasi dengan tenang, damai. Ternyata berbeda sekali, ruang operasi tidak se - hening yang dibayangkan. Saya masih bisa merasakan ketika tim medis melakukan "sesuatu" pada perut saya, mendorong, menekan, menggoyang - goyang dan lain - lain, hanya saja tidak terasa sakit. Nggak perlu menunggu lama, suara tangisan bayi mulai terdengar. Tangis saya pun langsung pecah karena membayangkan kalau saya menunggu kontraksi alami, entahlah bagaimana nasib bayi saya. Hiks… Jangan bayangkan seperti proses operasi para selebgram ya! Dimana menangis haru ditemani suami sambil dikecup keningnya. Eaaa… Saya mah sesenggukan sendiri atulah! Hahah…
Bayi saya kemudian dibawa keluar dari ruangan operasi, sementara saya masih diberi tindakkan yang saya sendiri pun tidak tahu. Hanya terdengar berbagai macam suara ramai seperti di tukang las. Wkwkwk… Kemudian salah satu tim medis ( mungkin dokter anestesi, mungkin lho ya ) bertanya kepada saya.
“Bu, ngantuk nggak? Kalau ngantuk tidur aja biar nggak mual. Kalau nggak tidur biasanya suka mual lho!”
Entah saya diberi bius lagi atau gimana ya, setelah terdengar suara itu saya benar – benar ngantuk dan tidur, nggak inget apa – apa. Kemudian saya bangun lagi setelah mendengar suara tim medis tersebut.
“Bangun bu, operasinya sudah selesai. Ibu sudah boleh makan dan minum.”
Recovery Pasca Operasi Caesar
“Bu, jangan dulu gerak ya sampai sore! Jangan pakai bantal juga. Menyusui sambil tiduran, makan minum boleh dicoba tapi tetap sambil tiduran ya.”
Apa? Membayangkan mesti rebahan dalam waktu lama, saya mulai stress duluan. Menyusui sambil tiduran sementara badan kita nggak boleh miring dulu itu nggak gampang, ditambah ASI nya pun belum keluar. Hiks… Makan dan minum saya coba alhamdulillah nggak mual, hanya agak sulit saja karena harus makan sambil tidur. Untung saja hal tersebut nggak berlangsung lama. Jam 10 siang beres operasi caesar, sekitar jam 4 sore saya dilatih oleh perawat untuk miring dan duduk.
“ Bu, saya sudah boleh duduk kan?”
Tanya saya kepada perawat yang visit sore hari. Maklum lah saya mah anaknya nggak bisa diem bun. Wkwkwk… Kemudian perawatnya menjelaskan bahwa pasien memang wajib belajar gerak, pelan – pelan supaya nggak sakit katanya. Kalau ditanya sakit atau nggak dibagian luka operasi, jujurly saya nggak merasakan sakit sama sekali. Bukan bermaksud sombong lho ya, tetapi setelah efek bius hilang saya nggak merasakan sakit apa – apa. Namun, saya memang agak hati – hati karena perut saya kan habis "dibelek" dan saya kurang nyaman dengan selang kateter serta penggunaan diapers dewasa. Huhu… Ketika mencoba untuk miring kanan kiri dan duduk pun nggak sakit sama sekali, hanya saja badan saya terasa agak kaku dan berat. Mungkin karena cukup lama tidak bergerak, ya.
Keesokan harinya saya mulai bisa berjalan ke kamar mandi untuk BAB meski agak repot harus menjinjing kantong yang tersambung dengan selang kateter serta infusan. Alhamdullillah, BAB pertama pasca operasi caesar berjalan tanpa drama. Saya bisa BAB dengan lancar. Malam harinya infusan saya bocor karena terlalu sering disuntikkan obat. Akhirnya perawat pun memutuskan untuk melepas infus dan selang kateter. Katanya, nggak usah pasang infus lagi ya besok juga sudah bisa pulang.
Waaahhh… saya senang sekali mendengar kalau besok bisa pulang meskipun hari Minggu. Tanpa infus dan selang kateter saya lebih leluasa bergerak dan jauh merasa lebih sehat. Sempat – sempatnya dong yang habis operasi caesar beberes barang yang besok mau dibawa pulang. Hahha… Saking semangatnya mau pulang! Sayangnya, kebahagiaan itu hancur sudah karena besoknya saya nggak jadi pulang. Teuteup harus nunggu visit dokter hari Senin katanya. Karena kepulangan saya dipending satu hari, saya memohon – mohon ke perawatnya untuk mengganti perban saya dengan perban anti air karena saya ingin sekali mandi. Kebetulan stok perban anti airnya kosong, di apotek sekitar RS pun kosong. Baiknya, perawat tersebut mencarikan perban anti air milik pasien lain kemudian diberikan ke saya dan saya menggantinya dengan sejumlah uang. Alhamdulillah keesokan hari sebelum pulang saya bisa mandi dan keramas dulu.
Yeay! Akhirnya Bisa Pulang Ke Rumah!
Senyaman – nyamannya rumah sakit, masih lebih nyaman rumah sendiri. Kurang lebih seperti itulah ungkapan yang tepat. Di rumah sakit selama 4 hari mulai dari induksi, operasi caesar sampai recovery, rasanya kayak sebulan apalagi harus meninggalkan anak pertama saya yang belum genap 4 tahun.
Berkali – kali saya mengucap syukur kepada Allah. Ya gimana atuh tanpa kuasa Allah mungkin semuanya nggak akan semudah ini. Sampai rumah pun orang – orang pada heran melihat saya yang pulang ke rumah, turun dari mobil dan jalan kaki seperti orang yang nggak habis operasi katanya. Malah orang – orang disekitar yang ngilu melihat saya. Oh ya, seminggu kemudian saya kembali ke rumah sakit untuk check up jahitan dan ganti perban. Minggu depannya saya sudah diperbolehkan lepas perban dan boleh dilakukan di bidan atau puskesmas dekat rumah, nggak perlu ke rumah sakit lagi.
Tentang Operasi Caesar Menggunakan BPJS di RSUD Cideres Majalengka
Kenapa Memilih RSUD Cideres Majalengka?
Dari sekian rumah sakit dan klinik bersalin yang ada di Majalengka, kenapa sih harus memilih di RSUD Cideres Majalengka? Jawabannya ya karena dokter kandungan saya dinas disana, jadi saya dirujuk kesana. Wkwkwk… Nggak ding, sebelum dokter kandungan merujuk saya ke RSUD Cideres pun saya dan suami sudah sepakat ingin melahirkan disana. Btw, saya dan suami punya kesepakatan ini setelah mengetahui ada kelainan dengan air ketuban yang mengharuskan saya lahiran di RS atau klinik. Sebelumnya saya sudah berencana untuk melahirkan di bidan desa saja, supaya dekat dari rumah.
Ya kenapa sih harus di RSUD Cideres Majalengka? Sorry to say, saya nggak bermaksud membandingkan atau menjelek – jelekkan RS/klinik manapun ya. Dari berbagai informasi yang saya dapat, RSUD Cideres punya fasilitas yang lengkap dan pelayanan yang oke. Hal tersebut dikuatkan pula dengan status RSUD Cideres yang levelnya diatas RSUD Majalengka. Ini pula yang menyebabkan penggunaan BPJS tidak bisa langsung dari faskes I ke RSUD Cideres, harus ke RSUD Majalengka dulu dan sekarang ada tambahan RSIA Livasya yang menjadi rujukan BPJS. Nah, karena saya dirujuk langsung oleh dokter via IGD khusus kebidanan dan kandungan atau lebih dikenal PONEK atau PONED ( mohon koreksi kalau salah ), jadi saya nggak perlu mengikuti prosedur rujukan BPJS. Saya bisa langsung memilih melahirkan di RSUD Cideres tanpa harus meminta rujukan dulu ke faskes I saya di Puskesmas Maja dan RSUD Majalengka. Alhamdulillah lagi – lagi Allah mempermudah semuanya.
Fasilitas Apa Saja Yang Didapatkan Menggunakan BPJS di RSUD Cideres Majalengka?
Sebelum operasi caesar, saya bilang ke bidan jaga supaya kamar rawat inapnya nanti minta yang VIP, kebetulan BPJS saya kelas I. Namun, bidan tersebut bilang bahwa saya nggak usah buang – buang uang untuk naik kelas karena sekarang ruangan rawat inapnya memakai ruangan bekas VIP, jadi BPJS kelas I sudah sangat nyaman.
Benar saja, kamar rawat inap yang dipakai menggunakan ruangan bekas VIP. Sudah ada TV, lemari es kecil, lemari, AC dan terdapat balkon juga. Hanya saja jika VIP cuma satu ranjang, disina ada dua ranjang. Namun, nggak masalah karena selama saya dirawat nggak ada pasien lain yang masuk kamar saya. So, kelas I BPJS rasa VIP sih. Hehehe… Oh ya, ditembok kamar ada keterangan kalau kita nggak boleh mengambil foto tanpa izin. So, saya nggak punya banyak dokumentasi.
Untuk urusan isi perut, alhamdulillah saya nggak perlu khawatir kekurangan gizi karena selama dirumah sakit diberi 3x makan berat yang terdiri dari karbohidrat berupa nasi/bubur, protein hewani dan nabati serta sayur juga 1x snack yang biasanya berupa pudding atau kue. Kalau ditanya rasanya enak nggak, menurut saya sih enak – enak aja. Kebetulan setahun terakhir sampai sebelum hamil, saya selalu menerapkan pola makan gizi seimbang. Makan makanan rumah sakit pun nggak merasa sebuah penyiksaan.
Bagaimana Pelayanan Di RSUD Cideres Majalengka Kepada Pasien BPJS?
Sebenarnya, nggak etis ya kalau berbicara soal pelayanan karena pelayanan itu kaitannya dengan SDM, dengan personalnya langsung. Alhamdulillah di RSUD Cideres Majalengka, meski saya pasien BPJS tapi bidan dan perawatnya memperlakukan saya dengan ramah dan sabar. Bahkan ketika pertama kali memasuki IGD, saya langsung disambut banyak bidan dan langsung diberi tindakkan. Nggak ada istilah dianggurin atau dijutekin. LOL!
Berapa Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Operasi Caesar Menggunakan BPJS di RSUD Cideres Majalengka?
Berbicara mengenai biaya melahirkan baik secara normal maupun caesar, sebenarnya akan berbeda – beda tergantung fasilitas kesehatan tempat kita melahirkan juga jenis pembayaran yang digunakan, apakah menggunakan biaya mandiri atau asuransi. Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa saya menggunakan BPJS, jadi saya memang tidak mengeluarkan biayambahan lagi. Mungkin kalau saya naik kelas dari kelas I ke VIP, bisa saja ada biaya tambahan. Hanya saja, ada beberapa perlengkapan yang nggak dicover BPJS seperti perlak, alat cukur, popok dewasa dan lain – lain itu dibayar cash langsung di IGD dan jika ditotal jumlahnya sekitar 500 ribuan. Lalu, berapa jika dibayar dengan biaya dari kantong sendiri? Kebetulan suami saya nggak sempat melihat nota yang diambil dari kasir, tetapi saudara saya sempat melihat katanya sekitar 15 jutaan.
Oh ya, waktu itu kami harus membayar dengan biaya sendiri dulu sebesar Rp. 1.650.000 untuk perawatan anak karena ada sedikit kendala ketika mengaktifkan BPJS. Namun, uang tersebut dikembalikan setelah BPJS anak kami aktif dan kami hanya diberi waktu sekitar 2 hari kalau nggak salah. Alhamdulillah BPJS anak kami aktif pada waktunya dan uang kami kembali utuh.
Post a Comment for " Pengalaman Operasi Caesar Menggunakan BPJS di RSUD Cideres Majalengka"