Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman : Pasang IUD Di Puskesmas Ternyata Nggak Sakit, Kok!

Konten [Tampil]

Pengalaman Pasang IUD Di Puskesmas - Pemasangan IUD ( Intra Uterine Device ) atau sering disebut KB spiral jadi salah satu whistlist dalam hidup saya setelah menikah. Setelah melahirkan anak pertama tahun 2018, saya sempat kefikiran untuk pasang IUD tapi takut. Kemudian, akhir tahun 2021 juga sempat kefikiran untuk pasang IUD setelah melahirkan anak kedua tapi gagal lagi karena masih takut. Hahahah... Sampai akhirnya di tahun 2024 ini saya bisa menyelesaikan misi yang selalu tertunda itu. LOL

Pengalaman Pasang IUD Di Puskesmas : Ternyata Nggak Sakit, Kok!

Kenapa Harus IUD?

Selama kurang lebih 7 tahun menikah, saya selalu menggunakan alat kontrasepsi hormonal yaitu KB suntik 3 bulan. Entah benar atau tidak bahwa KB suntik bisa membuat berat badan naik drastis. Berdasarkan pengalaman, memang agak susah menurunkan berat badan setelah naik 24 kg ketika hamil anak pertama. Sampai akhirnya saya memutuskan stop KB suntik dan menerapkan pola hidup sehat serta rajin olahraga, alhamdulillah bisa kembali ke berat badan normal 60 kg.

Tak lama merasakan langsing, saya kembali hamil anak kedua dan lagi – lagi berat badan naik drastis dari 60 kg menjadi 82 kg. Saya pun kembali menggunakan KB suntik 3 bulan karena ya sudah itu yang paling simpel, tinggal datang ke praktek bidan dekat rumah tanpa banyak ba bi bu. Lagi – lagi, saya kesusahan menurunkan berat badan. Dari berat badan 82 kg, saya bisa turun ke 67 kg dalam waktu yang cukup lama yaitu 2 tahun. Sampai akhirnya beberapa bulan kemarin, saya coba ganti ke suntik KB 1 bulan dan berat badan saya naik drastis menjadi 79 kg. Meski belum tentu kenaikan berat badan yang drastis itu karena KB hormonal, tapi nggak ada salahnya saya coba KB IUD. Berdasarkan testimoni dari beberapa orang, katanya KB IUD tidak membuat berat badan naik. Ya, walaupun sebenarnya masih takut, tetapi saya berusaha membulatkan tekad.

Pasang IUD Dimana, Ya?

Setelah bulat tekad untuk pasang IUD, akhirnya saya mulai mencari referensi tempat pemasangan IUD yang tentu saja harganya terjangkau dan operatornya oke. Dari berbagai referensi yang saya dapatkan, akhirnya saya punya 3 opsi untuk pemasangan IUD.

Opsi yang pertama yaitu di praktek bidan dekat rumah, bukan bidan desa ya. Katanya, pasang IUD disana harganya sekitar 300 ribu – 500 ribu. Namun, itu harga beberapa tahun yang lalu, saya belum sempat tanya harga terbaru disana berapa.

Opsi kedua yaitu di praktek dr.Quamila, yang mana beliau juga yang membantu proses kelahiran anak kedua saya. Saya sempat tanya – tanya ke adminnya dan ternyata harga pemasangan IUD disana yaitu 500 ribu – 850 ribuan. Sejujurnya agak shock karena ternyata harganya lumayan menguras dompet suami. Hahah... Tapi kalau dihitung – hitung, sebenarnya jauh lebih hemat lho untuk jangka waktu 5 – 8 tahun. Coba saja deh bandingkan dengan suntik KB yang harus mengeluarkan uang 30 ribu – 50 ribu setiap 1 bulan atau 3 bulan sekali.

Opsi ketiga yaitu di puskesmas. Saya dapat informasi mengenai program KB gratis di puskesmas dari status whatsapp teman. Jujur, saya tuh selalu underestimate kalau mendengar puskemas. Hahhaha, maaf ya. Tapi kalau difikir – fikir lumayan juga sih gratis dan jaraknya sangat dekat dengan rumah. Jadi, saya bisa nitip anak – anak sebentar.

Akhirnya Pasang IUD Di Puskesmas!

https://www.susistory.com/2024/09/pengalaman-pasang-iud-di-puskesmas.html


Setelah memikirkan dari segi biaya dan efisiensi waktu, akhirnya saya putuskan untuk melakukan pemasangan IUD di puskesmas saja. Saya langsung hubungi teman yang kebetulan kader posyandu. Saya coba sampaikan keinginan untuk pasang IUD di puskesmas, kemudian saya langsung dihubungkan dengan ibu Lurah. Setelah berkomunikasi dengan ibu Lurah via whatsapp, saya disuruh menyiapkan foto copy KK, KTP dan kartu BPJS. Tadinya, saya mau diantar oleh beliau ke puskesmas. Tetapi, karena beliau ada acara, akhirnya saya berangkat sendiri. Nggak masalah ya, karena saya sudah terbiasa kemana – mana sendiri. Haha

Saya datang ke pukesmas untuk melakukan pemasangan IUD pada Senin 05 Agustus 2024. Kebetulan, sedang tidak haid dan dalam tubuh masih ada suntik KB 1 bulan sampai akhir bulan Agustus 2024. Sebaiknya memang pasang IUD itu ketika haid, untuk meminimalisir rasa sakit. Tetapi, sedang tidak haid pun tidak masalah.

Sampai di Puskesmas Maja, saya langsung ke bagian pendaftaran dengan menunjukkan kartu BPJS dan langsung diarahkan ke ruang KB yang ada di lantai 2. Sampai di ruang KB, saya langsung ditanya beberapa informasi yang terkait data diri, ditimbang berat badan dan juga ditensi. Bidannya baik banget ternyata, memberikan edukasi tentang KB yang akan saya pilih. Akhirnya, saya jadi makin mantap dan nggak takut buat pasang IUD. Hahaha

Tiba deh waktunya pasang IUD. Saya duduk di kursi khusus dan dengan posisi yang mirip – mirip mau melahirkan. Kemudian area kemaluan dipasang cocor bebek dan rasanya memang kurang nyaman tapi nggak sakit. Kemudian bidan memasukkan alat yang sepertinya untuk mengukur kedalaman rahim. Ini juga nggak sakit hanya sedikit linu. Setelah alat tersebut dimasukkan, mereka langsung ngobrol katanya berapa centi gituu hahaha. Entah lah saya kurang paham. Kemudian, nggak lama sepertinya ada yang dimasukkan ke area kemaluan dan sedikit linu. Lalu, selesai. Ya, selesai ternyata pemasangan IUD. Nggak nyampe 30 menit deh dan sakitnya cuma linu – linu aja.

Setelah pemasangan IUD, saya diresepkan paracetamol dan antibiotik. Untuk paracetamol dikonsumsi ketika ada rasa nyeri, sementara antibiotik harus dihabiskan. Kemudian, bidan memberikan wejangan kalau saya harus kontrol seminggu setelah pemasangan dan selama itu jangan dulu berhubungan dengan suami. Alhamdulillah, pemasangan IUD selesai dan minim drama. 

Seminggu Pasca Pasang IUD Di Puskemas

Setelah pasang IUD, saya memang merasakan keram perut seperti akan menstruasi tetapi hanya satu hari. Besoknya, mulai muncul seperti keputihan dan sedikit flek. Kurang lebih seminggu ada flek sedikit, bahkan saya cuma pakai pantyliner saking sedikitnya. Tiba waktunya kontrol tanggal 12 Agutus 2024, saya pun kontrol ke puskesmas. Ternyata, kontrolnya cuma sedikit ditekan di area perut, apakah terasa sakit atau nggak. Saya sih nggak merasakan apa – apa ya. Saya coba sampaikan keluhan berupa flek. Kemudian bidan menyarankan untuk berhubungan dengan suami setelah fleknya bersih. Nanti, bisa ditanya testimoni suami, apakah terasa sakit atau nggak. Hahaha... Oh ya, soal flek katanya wajar karena tubuh masih adaptasi.

Sepulangnya dari puskemas, saya kok merasa becek aja gitu seperti keluar keputihan tapi banyak. Setelah di cek, ternyata yang keluar adalah darah. Saya terus – terusan keluar darah dengan volume banyak selama seminggu. Dan selama seminggu itu pula saya nggak shalat. Saya fikir, itu adalah darah haid karena memang sudah mendekati jadwal haid selanjutnya yang kadang pertengahan bulan tetapi kadang akhir bulan. Setelah ganti ke suntik KB 1 bulan, siklus haid saya memang nggak tentu. Kadang panjang, kadang lebih pendek.

Testimoni Suami : IUD Nggak Bikin Sakit, Kok!

https://www.susistory.com/2024/09/pengalaman-pasang-iud-di-puskesmas.html


2 minggu pasca pemasangan IUD di puskesmas, akhirnya saya bersih dari flek dan juga haid. Langsung saja tancap gas menanti review suami. Hahah... Bukan apa – apa, jika suami merasa tidak nyaman ketika berhubungan, saya harus segera kontrol. Kalau baca dari pengalaman orang – orang, rasa sakit yang dirasakan suami setelah istri pasang IUD, kemungkinan karena benangnya terlalu panjang. Alhamdulillah suami nggak merasa sakit, hanya saja terasa lebih becek katanya. Hoho... Sepertinya, becek tersebut karena keputihan deh. Katanya, keputihan atau flek bisa jadi tanda tubuh sedang adaptasi, apalagi ketika awal - awal pemasangan. Hal tersebut semakin dikuatkan dengan muncul lagi flek seminggu kemudian tetapi hanya satu hari. Untuk mengurangi keputihan, saya beli sabun pembersih area kewanitaan ke apotek dan tentu saja akan saya pantau terus. Jika keputihan berlanjut dan membuat tidak nyaman, sepertinya saya harus konsultasi dengan bidan atau dokter kandungan.

Oh iya, untuk kontrol rutin setidaknya dilakukan setahun sekali jika ada keluhan. Tapi, kalau ada keluhan ya nggak perlu nunggu setahun ( versi petugas puskesmas ). Nah, perihal kontrol ini juga saya masih menimbang - nimbang apakah akan kontrol ke puskesmas lagi atau ke dokter kandungan. Tapi, biar lebih jelas dan tenang sih sepertinya saya akan kontrol ke dokter kandungan karena akan di cek juga melalui alat USG. Selain itu, kontrol IUD setelah pemasangan awal di dokter kandungan biasanya lebih sering. Kalau nggak salah, seminggu, 6 bulan kemudian setahun sekali ( berdasarkan pengalaman teman ).

Itulah sedikit pengalaman saya pasang IUD di puskesmas. Untuk pelayanan puskesmas, saya acungkan jempol deh karena bidannya ramah banget. Namun, perihal IUD yang terpasang dan berbagai plus minusnya, saya belum berani bicara banyak karena baru awal - awal pemasangan. Ya, semoga IUD nya bersahabat baik dengan tubuh ini dan sehat - sehat saja. Aaaamiiin... Teman - teman yang punya pengalaman pasang IUD, boleh share ya!



 

1 comment for "Pengalaman : Pasang IUD Di Puskesmas Ternyata Nggak Sakit, Kok!"